Bagaspati: Pada peringatan 20 tahun tsunami Aceh, rasa duka yang mendalam masih terasa. Museum Tsunami Aceh menjadi tempat untuk mengenang peristiwa tersebut agar tidak terlupakan.
Museum Tsunami Aceh merupakan monumen bersejarah yang juga berfungsi sebagai sarana edukasi, didedikasikan untuk memperingati bencana yang melanda Banda Aceh pada 2004. Tujuan utama museum ini adalah memberikan pembelajaran sekaligus mengingatkan masyarakat akan peristiwa besar tersebut.
Museum ini terletak di pusat kota Banda Aceh, di Jalan Sultan Iskandar Muda, dekat Lapangan Blang Padang yang menjadi salah satu ikon kota, serta tak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman, simbol kebanggaan masyarakat Aceh.
Sejarah dan Desain Bangunan Museum Tsunami Aceh
Museum ini dirancang oleh Ridwan Kamil, seorang arsitek terkenal. Desainnya yang unik menyerupai gelombang tsunami, lengkap dengan lorong sempit dan gelap yang menciptakan atmosfer dramatis, menggambarkan situasi mencekam saat bencana. Sementara itu, ruang terang dan terbuka di bagian lain melambangkan harapan dan kehidupan pasca-tsunami.
Mengusung tema “Rumoh Aceh as Escape Hill”, desain ini terinspirasi dari rumah Aceh yang merupakan bangunan rumah panggung. Museum ini memiliki empat lantai. Lantai pertama berisi ruang pamer tentang sejarah tsunami 2004, dengan area yang menggambarkan pratsunami, kejadian saat tsunami, dan dampaknya setelahnya. Lantai kedua mencakup media edukasi seperti perpustakaan, ruang alat peraga, ruang 4D, dan toko suvenir.
Lantai ketiga didedikasikan untuk perdamaian dan pendidikan, dengan koleksi MoU Helsinki, replika Gua Ek Leuntie, dan perpustakaan. Sedangkan lantai keempat memiliki kafe di rooftop dan ruang evakuasi darurat.
Pentingnya Museum Tsunami Aceh bagi Masyarakat
Museum ini mengajarkan lebih dari sekadar peristiwa bencana. Ia menekankan pentingnya memori kolektif, kebersamaan, dan kekuatan komunitas. Museum ini berdiri sebagai pengingat akan kerentanannya manusia terhadap kekuatan alam, serta pentingnya solidaritas dan persatuan dalam menghadapi tragedi.
Pengunjung yang datang akan mendapatkan wawasan tentang bencana alam dan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan serupa di masa depan. Selain sebagai pusat pendidikan dan tempat peringatan, museum ini juga menjadi tempat untuk menghormati para korban yang kehilangan nyawa.
Museum Tsunami Aceh lebih dari sekadar bangunan, ia adalah sarana belajar dan refleksi yang dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Kita tidak pernah tahu apakah bencana serupa akan terjadi lagi, tetapi museum ini mengingatkan kita akan pentingnya kesiapsiagaan.
Bagi yang ingin mengunjungi Museum Tsunami Aceh, museum ini buka setiap hari kecuali hari Jumat. Tiket masuk untuk anak-anak, pelajar, dan mahasiswa sebesar Rp3.000, untuk pengunjung umum Rp5.000, dan Rp15.000 untuk turis asing. Museum ini buka setiap hari dari pukul 09.00 hingga 16.00 WIB.