JAKARTA – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menjelaskan wudu bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi memiliki dimensi ilmiah dan spiritual yang mendalam.
Ia mengungkapkan hal ini dalam acara doa bersama akhir tahun 2024 yang diselenggarakan di Auditorium BMKG.
Menag mengutip penelitian Profesor Baron Ehrenfels, seorang neurolog dan psikiater asal Jerman, yang menunjukkan wudu dapat memengaruhi gelombang otak manusia.
“Ketika kita berwudu, air yang sejuk membantu menurunkan gelombang otak dari beta, yang berada di tingkat tinggi, menuju alpha, yang lebih tenang. Bahkan, dengan khusyuk, kita bisa mencapai gelombang theta, yang merupakan kondisi ideal untuk mendapatkan inspirasi dan ketenangan batin,” ujar Nasaruddin, melansir laman Kemenag, Selasa (31/12/24).
Ia menjelaskan, Alquran telah mengatur tata cara wudu dengan membasuh bagian tubuh tertentu, seperti wajah, tangan hingga siku, dan kaki sampai mata kaki. Menurut ilmu neurologi, bagian-bagian tubuh ini merupakan pusat saraf yang memengaruhi ketenangan jiwa dan tubuh.
“Ini bukan sekadar ritual, tapi terapi. Saat kita membasuh tubuh dengan air wudu, kita tidak hanya membersihkan jasmani, tapi juga menyegarkan rohani. Inilah salah satu hikmah luar biasa dari ajaran Islam,” tuturnya.
Nasaruddin mengingatkan, wudu bukan sekadar membasuh anggota tubuh, tetapi harus dirasakan dan direnungkan. Ia menjelaskab bahwa air wudu mampu menjadi terapi yang memunculkan kecerdasan batin.